PROSES PEMBUATAN BIR
Minuman
beralkohol adalah minuman yang mengandung etanol. Etanol adalah bahan
psikoaktif dan konsumsinya menyebabkan penurunan kesadaran. Di berbagai
negara, penjualan minuman beralkohol dibatasi ke sejumlah kalangan saja,
umumnya orang-orang yang telah melewati batas usia tertentu (Sriyani,
2008).
Tidak
jelas benar dari mana kata bir berasal. Namun proses pembuatannya
sendiri sudah ditemukan sejak lama. Sebuah prasasti yang ditemukan di
delta subur antara sungai Eufrat dan sungai Trigis di kawasan
Mesopotamia (sekarang kawasan irak) dan diperkirakan berasal dari masa
sekitar 6.000 SM, sudah memuat gambaran tentang proses pembuatan bir.
Sebuah relief yang terdapat di makam kuno di Mesir dari masa sekitar
2.400 SM juga menggambarkan proses pembuatan bir dengan bahan “barley”
(barli), yaitu semacam rumput yang bijinya bisa diolah menjadi bir.
Sejarah selanjutnya menapak pada tahun 2.000 SM ketika Raja Hammurabi
dari Babylonia merilis resep tentang cara pembuatan dan penyajian bir.
Di Mesir sendiri, sang Fir’aun (pharaoh) juga terkenal sebagai ahli
pembuat minuman hasil fermentasi ini (Anonim1, 2007).
Menurut
Ensiklopedi Britanica, seorang sejarawan asal Romawi bernama Pliny dan
Tacticus mencatat bahwa bangsa dari suku Saxon, Celt, Nordic dan
Germanic sudah menkonsumsi sejenis bir tak berwarna (disebut ale).
Istilah ini juga berkembang diantara istilah-istilah lain di kalangan
bangsa Anglo-Saxon seperti istilah Malt, Mash, dan Wort (Anonim1, 2007).
Pada
abad 15, pembuatan bir di Jerman menggunakan teknik fermetasi yang
berbeda. Prosesnya dilakukan dengan proses fermentasi dasar, bukan
fermentasi di atas bahan bakunya. Bir yang dihasilkan disebut dengan
lager (dari bahasa Jerman: Lagern = menyimpan) karena bir pada masa itu
dibuat pada musim dingin dan membutuhkan es untuk menyimpannya pada
musim panas (Anonim1, 2007).
Proses
pembuatan bir kemudian berkembang dengan adanya kontrol yang baik
menggunakan termometer dan sakarimeter yang bis amengukur kadar gula.
Dengan paduan teknologi pembuatan es dan sistem pedinginan, pembuatan
bir bisa dilakukan pada musim panas. Tapi cita rasa bir masih juga tak
bisa ditentukan, sebab sangat dipengaruhi proses berubahnya gula menjadi
alkohol oleh sel ragi. Lalu muncullah Louis Pasteur yang berargumen
bahwa walaupun semua jenis sel ragi bisa dimanfaatkan untuk fermentasi,
namun tidak semua sel ini cocok bagi proses pembuatan bir. Sel-sel yang
tertentu saja yang akan menghasilkan cita rasa bir yang tinggi. Proses
Pasteurisasi yang ditemukannya juga mampu membuat bir menjadi lebih
tahan lama, setelah memanaskan bir hingga 70 derajat celcius agar
mikroorganisme tidak aktif. Berbagai teknologi yang kemudian ditemukan
juga membuat bir yang dihasilkan menjadi seperti yang kita kenal saat
ini (Anonim1, 2007).
Bir
adalah minuman beralkohol yang dibuat secara spesifik yaitu menggunakan
campuran malt dan hop serta bahan tambahan lainnya. Produk ini
mengandung alkohol sekitar 3,8% dengan kisaran antara 3-7%. Menurut
jenisnya dikenal dua macam bir yaitu yang berpenampakan jernih dinamakan
Pisener yang mempunyai karbohidrat hanya sedikit yang dapat digunakan
untuk bahan baku fermentasi.
Bir
secara harafiah berarti segala minuman berolkohol yang diproduksi
melalui proses fermentasi bahan berpati seperti biji malt, cereal dan
diberi aroma flavor hops, tetapi tanpa proses melalui proses penyulingan
setelah fermentasi. Proses pembuatan Bir disebut Brewing. Karena bahan
yang digunakan untuk membuat Bir berbeda antara satu tempat dengan
tempat lainnya, maka karakteristik Bir seperti rasa dan warna sangat
berbeda baik jenis maupun klasifikasinya.
Bir juga salah satu minuman tertua yng dibuat manusia, yaitu dibuat
sekita tahun 5000 SM yang tercatat di sejarah Mesir kuno dan
Mesopotamia. Karakteristik Bir telah berubah secara drastis sepanjang
ribuan tahun.
Industri pembuatan Bir merupakan industri global yang sangat besar, dan
sekarang ini kebanyakan dikuasai oleh konglomerat yang dibentuk dari
gabungan pengusaha-pengusaha yang lebih kecil.
Walau pun secara umum Bir merupakan minuman beralkohol, namun ada
beberapa variasi dari dunia barat yang dalam pengolahannya membuang
hampir seluruh kadar alkoholnya, sehingga menjadikan apa yang disebut
dengan Bir tanpa alkohol.
Jenis bir antara lain:
-
Light Beer adalah Bir dengan kadar alkohol 2-4%. Dibuat dari bahan dasar cereal dan tepung Barley.
-
Ale
adalah Bir dengan kadar alkohol yang lebih tinggi dari jenis light.
Menggunakan lebih banyak hops dan warnanya lebih gelap. Bahan dasarnya
adalah cereal dan aromatic malt.
-
Lager adalah jenis bir yang diumurkan lebih lama.
-
Stout
adalah Bir dengan kadar alkohol yang cukup tinggi, yakni berkisar
antara 14% lebih. Warnanya yang gelap membuat Bir ini disebut dengan Bir
hitam. Bahan dasarnya adalah aromatic malt dengan banyak hops dan
diberi warna dengan caramel (gula yang digosongkan)
Bahan
baku yang digunakan untuk pembuatan bir adalah malt, yaitu biji barley
atau semacam gandum yang dikecambahkan dan dikeringkan.
Apabila
hendak digunakan maka harus dihilangkan bagian tunasnya. Biji barley
banyak dihasilkan dari negara-negara Eropa seperti Perancis dan Belgia
ataupun dari Australia.
Malt
merupakan bahan baku yang banyak mengandung pati, protein, vitamin dan
mineral. Bahan lainnya adalah hop atau Humulus hupulus yaitu sejenis
tanaman perdu yang memiliki aroma dan rasa yang khas. Bagian tanaman
yang digunakan untuk pembuatan bir adalah bagian bunga, getah dari sari
tanaman tersebut, yang dikeringkan. Bahan ini akan menambah aroma dan
rasa dari cairan yang dihasilkan. Minyak esensial pada hop yang
digunakan untuk mempengaruhi rasa dan aroma bir adalah mircen, linalol,
geraniol, humulen, dan lain sebagainya. Tanaman ini banyak mengandung
tanin (pirogaol dan katekol) yang pada proses penemuan bir akan
berikatan dengan protein dan harus dihilangkan karena mempengaruhi
kejernihan bir. Selain itu, juga terdapat kandungan â-resin yang akan
memberikan rasa pahit. Adanya rasa pahit inilah yang merupakan rasa
pahit yang khas yang diinnginkan terdapat pada minuman bir. Rasa pahit
ini akan timbul terutama bila hop sudah dipanaskan hingga cairannya
mendidih.
Bahan
yang penting dan akan menemukan mutu akhir adalah air yang digunakan.
Air pada pembuatan bir harus bersifat netral dengan nilai pH 6,5-7,0
kandungan kalsium sebaiknya kurang dari 100 ppm. Begitu pula dengan
kandungan magnesium karbonat. Kandungan kalsium sulfat, natrium klorida
dan besi masing-masing kurang dari 250, 200, dan 1 ppm.
Mikroba
yang ditambahkan sebagai starter pada fermentasi pembuatan bir adalah
S. cerevisiae dari jenis khamir permukaan dan khamir terendam, selain
itu juga digunakan S. carlsbergensis dari jenis khamir terendam.
Pengolahan
bir diawali dengan proses malting yaitu untuk memperoleh malt yang
banyak mengandung enzim pemecah pati dan protein yaitu á-amilase,
â-amilase dan protease. Barley yang dikecambahkan akan menghasilkan
komponen flavor dan warna yang khas.
Selanjutnya
dilakukan proses mashing yaitu proses pelarutan dari malt dan malt
adjuncts sehingga dapat digunakan sebagai media fermentasi seefisien
mungkin. Prinsip dari proses adalah memanaskan malt dan malt adjuncts
secara terpisah kemudian dilakukan pencampuran sehingga suhunya sekitar
57-77oC.
Filtrat
(wort) yang dihasilkan harus dimasak dan dicampur denga hop dan bila
perlu ditambahkan juga gula sebagai tambahan substrat. Wort tersebut
dimasak pada suhu 100oC selama 1,5 hingga 2,5 jam. Setelah itu disaring
melewati sisa-sisa hop sehingga protein dan padatan hop tertahan.
Endapan yang terpisah dari substrat dicuci kembali dan penyaringan
dilakukan untuk menahan padatan demikian seterusnya sehingga filtrat
yang terbentuk cukup banyak. Perbandingan bahan baku dan proses
selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 19.
Pada
persiapan bahan dilakukan pemasakan wort, hal ini bertujuan agar
terjadi reduksi mikroba. Mikroba patogen dan pembusuk diharapkan sudah
dapat dimusnahkan dengan adanya pemanasan yang cukup lama. Dengan
pemanasan yang cukup lama itu juga akan menyebabkan terjadinya pemekatan
bahan, pemucatan, inaktivasi enzim, ekstraksi zat-zat yang dapat larut,
koagulasi protein dan terbentuk karamel yang akan mempengaruhi mutu
akhir produk.
Fermentasi
biasanya berlangsung pada suhu dibawah 10oC penambahan starter
dilakukan pada suhu 3,3-14oC. Pada saat itu pH media sekitar 5,0-5,2
pada awal fermentasi dilakukan secara anaerobik sehingga dapat
dihasilkan alkohol. Fermentasi akan dibiarkan berlangsung selama 8-20
hari tergantung dari beberapa faktor seperti bahan baku, kondisi starter
dan faktor lainnya yang mempengaruhi proses fermentasi. Fermentasi
permukaan biasa berlangsung antara 5-7 hari sedangkan fermentasi
terendam mebutuhkan waktu yang lebih lama yaitu antara 7-12 hari.
Pada
akhir fermentasi akan terjadi penggumpalan dari sel-sel khamir dan akn
turun kedasar wadah fermentasi. Proses ini dilanjutkan dengan proses
penuaan atau aging. Aging berlangsung pada suhu 0-3oC selama beberapa
minggu hingga beberapa bulan. Selama aging akan terjadi koagulasi
komponen-komponen yang akan dipisahkan pada akhir proses. Komponen
tersebut antara lain adalah protein, sel khamir dan resin. Pada saat ini
bir akan menjadi jernih dan berbentuk aroma yang khas, karena
terbentuknya ester.
PROSES PEMBUATAN BIR
PROSES PEMBUATAN BIR
Minuman
beralkohol adalah minuman yang mengandung etanol. Etanol adalah bahan
psikoaktif dan konsumsinya menyebabkan penurunan kesadaran. Di berbagai
negara, penjualan minuman beralkohol dibatasi ke sejumlah kalangan saja,
umumnya orang-orang yang telah melewati batas usia tertentu (Sriyani,
2008).
Tidak
jelas benar dari mana kata bir berasal. Namun proses pembuatannya
sendiri sudah ditemukan sejak lama. Sebuah prasasti yang ditemukan di
delta subur antara sungai Eufrat dan sungai Trigis di kawasan
Mesopotamia (sekarang kawasan irak) dan diperkirakan berasal dari masa
sekitar 6.000 SM, sudah memuat gambaran tentang proses pembuatan bir.
Sebuah relief yang terdapat di makam kuno di Mesir dari masa sekitar
2.400 SM juga menggambarkan proses pembuatan bir dengan bahan “barley”
(barli), yaitu semacam rumput yang bijinya bisa diolah menjadi bir.
Sejarah selanjutnya menapak pada tahun 2.000 SM ketika Raja Hammurabi
dari Babylonia merilis resep tentang cara pembuatan dan penyajian bir.
Di Mesir sendiri, sang Fir’aun (pharaoh) juga terkenal sebagai ahli
pembuat minuman hasil fermentasi ini (Anonim1, 2007).
Menurut
Ensiklopedi Britanica, seorang sejarawan asal Romawi bernama Pliny dan
Tacticus mencatat bahwa bangsa dari suku Saxon, Celt, Nordic dan
Germanic sudah menkonsumsi sejenis bir tak berwarna (disebut ale).
Istilah ini juga berkembang diantara istilah-istilah lain di kalangan
bangsa Anglo-Saxon seperti istilah Malt, Mash, dan Wort (Anonim1, 2007).
Pada
abad 15, pembuatan bir di Jerman menggunakan teknik fermetasi yang
berbeda. Prosesnya dilakukan dengan proses fermentasi dasar, bukan
fermentasi di atas bahan bakunya. Bir yang dihasilkan disebut dengan
lager (dari bahasa Jerman: Lagern = menyimpan) karena bir pada masa itu
dibuat pada musim dingin dan membutuhkan es untuk menyimpannya pada
musim panas (Anonim1, 2007).
Proses
pembuatan bir kemudian berkembang dengan adanya kontrol yang baik
menggunakan termometer dan sakarimeter yang bis amengukur kadar gula.
Dengan paduan teknologi pembuatan es dan sistem pedinginan, pembuatan
bir bisa dilakukan pada musim panas. Tapi cita rasa bir masih juga tak
bisa ditentukan, sebab sangat dipengaruhi proses berubahnya gula menjadi
alkohol oleh sel ragi. Lalu muncullah Louis Pasteur yang berargumen
bahwa walaupun semua jenis sel ragi bisa dimanfaatkan untuk fermentasi,
namun tidak semua sel ini cocok bagi proses pembuatan bir. Sel-sel yang
tertentu saja yang akan menghasilkan cita rasa bir yang tinggi. Proses
Pasteurisasi yang ditemukannya juga mampu membuat bir menjadi lebih
tahan lama, setelah memanaskan bir hingga 70 derajat celcius agar
mikroorganisme tidak aktif. Berbagai teknologi yang kemudian ditemukan
juga membuat bir yang dihasilkan menjadi seperti yang kita kenal saat
ini (Anonim1, 2007).
Bir
adalah minuman beralkohol yang dibuat secara spesifik yaitu menggunakan
campuran malt dan hop serta bahan tambahan lainnya. Produk ini
mengandung alkohol sekitar 3,8% dengan kisaran antara 3-7%. Menurut
jenisnya dikenal dua macam bir yaitu yang berpenampakan jernih dinamakan
Pisener yang mempunyai karbohidrat hanya sedikit yang dapat digunakan
untuk bahan baku fermentasi.
Bir
secara harafiah berarti segala minuman berolkohol yang diproduksi
melalui proses fermentasi bahan berpati seperti biji malt, cereal dan
diberi aroma flavor hops, tetapi tanpa proses melalui proses penyulingan
setelah fermentasi. Proses pembuatan Bir disebut Brewing. Karena bahan
yang digunakan untuk membuat Bir berbeda antara satu tempat dengan
tempat lainnya, maka karakteristik Bir seperti rasa dan warna sangat
berbeda baik jenis maupun klasifikasinya.
Bir juga salah satu minuman tertua yng dibuat manusia, yaitu dibuat
sekita tahun 5000 SM yang tercatat di sejarah Mesir kuno dan
Mesopotamia. Karakteristik Bir telah berubah secara drastis sepanjang
ribuan tahun.
Industri pembuatan Bir merupakan industri global yang sangat besar, dan
sekarang ini kebanyakan dikuasai oleh konglomerat yang dibentuk dari
gabungan pengusaha-pengusaha yang lebih kecil.
Walau pun secara umum Bir merupakan minuman beralkohol, namun ada
beberapa variasi dari dunia barat yang dalam pengolahannya membuang
hampir seluruh kadar alkoholnya, sehingga menjadikan apa yang disebut
dengan Bir tanpa alkohol.
Jenis bir antara lain:
-
Light Beer adalah Bir dengan kadar alkohol 2-4%. Dibuat dari bahan dasar cereal dan tepung Barley.
-
Ale
adalah Bir dengan kadar alkohol yang lebih tinggi dari jenis light.
Menggunakan lebih banyak hops dan warnanya lebih gelap. Bahan dasarnya
adalah cereal dan aromatic malt.
-
Lager adalah jenis bir yang diumurkan lebih lama.
-
Stout
adalah Bir dengan kadar alkohol yang cukup tinggi, yakni berkisar
antara 14% lebih. Warnanya yang gelap membuat Bir ini disebut dengan Bir
hitam. Bahan dasarnya adalah aromatic malt dengan banyak hops dan
diberi warna dengan caramel (gula yang digosongkan)
Bahan
baku yang digunakan untuk pembuatan bir adalah malt, yaitu biji barley
atau semacam gandum yang dikecambahkan dan dikeringkan.
Apabila
hendak digunakan maka harus dihilangkan bagian tunasnya. Biji barley
banyak dihasilkan dari negara-negara Eropa seperti Perancis dan Belgia
ataupun dari Australia.
Malt
merupakan bahan baku yang banyak mengandung pati, protein, vitamin dan
mineral. Bahan lainnya adalah hop atau Humulus hupulus yaitu sejenis
tanaman perdu yang memiliki aroma dan rasa yang khas. Bagian tanaman
yang digunakan untuk pembuatan bir adalah bagian bunga, getah dari sari
tanaman tersebut, yang dikeringkan. Bahan ini akan menambah aroma dan
rasa dari cairan yang dihasilkan. Minyak esensial pada hop yang
digunakan untuk mempengaruhi rasa dan aroma bir adalah mircen, linalol,
geraniol, humulen, dan lain sebagainya. Tanaman ini banyak mengandung
tanin (pirogaol dan katekol) yang pada proses penemuan bir akan
berikatan dengan protein dan harus dihilangkan karena mempengaruhi
kejernihan bir. Selain itu, juga terdapat kandungan â-resin yang akan
memberikan rasa pahit. Adanya rasa pahit inilah yang merupakan rasa
pahit yang khas yang diinnginkan terdapat pada minuman bir. Rasa pahit
ini akan timbul terutama bila hop sudah dipanaskan hingga cairannya
mendidih.
Bahan
yang penting dan akan menemukan mutu akhir adalah air yang digunakan.
Air pada pembuatan bir harus bersifat netral dengan nilai pH 6,5-7,0
kandungan kalsium sebaiknya kurang dari 100 ppm. Begitu pula dengan
kandungan magnesium karbonat. Kandungan kalsium sulfat, natrium klorida
dan besi masing-masing kurang dari 250, 200, dan 1 ppm.
Mikroba
yang ditambahkan sebagai starter pada fermentasi pembuatan bir adalah
S. cerevisiae dari jenis khamir permukaan dan khamir terendam, selain
itu juga digunakan S. carlsbergensis dari jenis khamir terendam.
Pengolahan
bir diawali dengan proses malting yaitu untuk memperoleh malt yang
banyak mengandung enzim pemecah pati dan protein yaitu á-amilase,
â-amilase dan protease. Barley yang dikecambahkan akan menghasilkan
komponen flavor dan warna yang khas.
Selanjutnya
dilakukan proses mashing yaitu proses pelarutan dari malt dan malt
adjuncts sehingga dapat digunakan sebagai media fermentasi seefisien
mungkin. Prinsip dari proses adalah memanaskan malt dan malt adjuncts
secara terpisah kemudian dilakukan pencampuran sehingga suhunya sekitar
57-77oC.
Filtrat
(wort) yang dihasilkan harus dimasak dan dicampur denga hop dan bila
perlu ditambahkan juga gula sebagai tambahan substrat. Wort tersebut
dimasak pada suhu 100oC selama 1,5 hingga 2,5 jam. Setelah itu disaring
melewati sisa-sisa hop sehingga protein dan padatan hop tertahan.
Endapan yang terpisah dari substrat dicuci kembali dan penyaringan
dilakukan untuk menahan padatan demikian seterusnya sehingga filtrat
yang terbentuk cukup banyak. Perbandingan bahan baku dan proses
selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 19.
Pada
persiapan bahan dilakukan pemasakan wort, hal ini bertujuan agar
terjadi reduksi mikroba. Mikroba patogen dan pembusuk diharapkan sudah
dapat dimusnahkan dengan adanya pemanasan yang cukup lama. Dengan
pemanasan yang cukup lama itu juga akan menyebabkan terjadinya pemekatan
bahan, pemucatan, inaktivasi enzim, ekstraksi zat-zat yang dapat larut,
koagulasi protein dan terbentuk karamel yang akan mempengaruhi mutu
akhir produk.
Fermentasi
biasanya berlangsung pada suhu dibawah 10oC penambahan starter
dilakukan pada suhu 3,3-14oC. Pada saat itu pH media sekitar 5,0-5,2
pada awal fermentasi dilakukan secara anaerobik sehingga dapat
dihasilkan alkohol. Fermentasi akan dibiarkan berlangsung selama 8-20
hari tergantung dari beberapa faktor seperti bahan baku, kondisi starter
dan faktor lainnya yang mempengaruhi proses fermentasi. Fermentasi
permukaan biasa berlangsung antara 5-7 hari sedangkan fermentasi
terendam mebutuhkan waktu yang lebih lama yaitu antara 7-12 hari.
Pada
akhir fermentasi akan terjadi penggumpalan dari sel-sel khamir dan akn
turun kedasar wadah fermentasi. Proses ini dilanjutkan dengan proses
penuaan atau aging. Aging berlangsung pada suhu 0-3oC selama beberapa
minggu hingga beberapa bulan. Selama aging akan terjadi koagulasi
komponen-komponen yang akan dipisahkan pada akhir proses. Komponen
tersebut antara lain adalah protein, sel khamir dan resin. Pada saat ini
bir akan menjadi jernih dan berbentuk aroma yang khas, karena
terbentuknya ester.
sumber (http://lordbroken.wordpress.com/2011/10/01/proses-pembuatan-bir/)